MANUSIA DAN KEBUDAYAAN
Manusia adalah mahluk yang luar biasa
kompleks. Manusia merupakan panduan antara mahluk material dan mahluk
spiritual. Dinamika manusia tidak tinggal diam karena manusia sebagai dinamika
selalu mengaktivisasikan dirinya. Manusia tidak dapat berdiri sendiri. Manusia
membutuhkan manusia lainnya untuk dapat berinteraksi dan bertahan hidup. Hal
tersebut benar-benar dianutoleh masyarakat pada bangsa timur terutama
Indonesia. Rasa kebersamaan yang kuat bisa dibilang sebagai keperibadian
bangsa.
Segala sesuatu yang terdapat di dalam
masyarakat ditentukan adanya oleh kebudayaan yang dimiliki masyarakat itu. Di
Indonesia banyak sekali kebudayaan dan keperibadian yang ada, karena seperti
yang kita tahu bahwa Indonesia memiliki banyak sekali suku sehingga dengan
sudah sangat pasti keperibadian pun berbeda. Sistem ideologi yang ada biasanya
meliputi etika, norma, adat istiadat, peraturan hukum yang berfungsi sebagai
pengarahan dan pengikat prilaku manusia atau masyarakat agar sesuai dengan keperibadian
bangsa yang sopan, santun, ranah dan tidak melakukan hal yang dapat mencoreng
kepribadian bangsa.
Kepribadian
bangsa timur dapat diartikan suatu sikap yang dimiliki oleh suatu negara yang
menentukan penyesuaian dirinya terhadap lingkungan. Kepribadian bangsa timur
pada umumnya merupakan kepribadian yang mempunyai sifat toleransi yang tinggi.
Kepribadian bangsa timur sangat identik dengan benua Asia khususnya Indonesia.
Kepribadian bangsa timur identik menjunjung nilai kesopanan yang lebih tinggi dibanding
budaya barat. Selain itu, kepribadian bangsa timur khususnya Indonesia juga
lebih terbuka dan ramah tamah serta lebih bersahabat. Bangsa timur juga amat
peduli dengan orang lain hal ini dibuktikan dengan adanya sikap saling tolong
menolong dengan sesama dan bergotong royong. Dan kebanyakan masyarakatnya lebih
agamis.
Bangsa timur identik dengan benua asia yang
penduduknya sebagian besar berambut hitam, berkulit sawo matang dan adapula
yang berkulit putih, bermata sipit. Sebagian besar cara berpakaian orang timur
lebih sopan dan tertutup mungkin karena orang timur kebanyakan memeluk agama
islam dan menjunjung tinggi norma-norma yang berlaku. Namun di zaman yang
sekarang ini orang timur kebanyakan meniru kebiasaan orang barat. Kebiasaan
orang barat yang tidak sesuai atau yang bertentangan dengan kebiasaan / adat
istiadat orang timur dapat memengaruhi kejiwaan orang timur itu sendiri.
Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Contohnya : Handphone, komputer, dan lain-lain.
Pada umumnya unsur-unsur kebudayaan asing yang mudah diterima adalah unsur kebudayaan kebendaan seperti peralatan yang terutama sangat mudah dipakai dan dirasakan sangat bermanfaat bagi masyarakat yang menerimanya. Contohnya : Handphone, komputer, dan lain-lain.
Namun ada pula unsur-unsur kebudayaan asing yang sulit
diterima adalah misalnya :
1. Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup danlain-lain.
2. Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi.
3. Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru.
4. Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
1. Unsur-unsur yang menyangkut sistem kepercayaan seperti ideologi, falsafah hidup danlain-lain.
2. Unsur-unsur yang dipelajari pada taraf pertama proses sosialisasi.
3. Pada umumnya generasi muda dianggap sebagai individu-individu yang cepat menerima unsur-unsur kebudayaan asing yang masuk melalui proses akulturasi. Sebaliknya generasi tua, dianggap sebagai orang-orang kolot yang sukar menerima unsur baru.
4. Suatu masyarakat yang terkena proses akulturasi, selalu ada kelompok-kelompok individu yang sukar sekali atau bahkan tak dapat menyesuaikan diri dengan perubahan-perubahan yang terjadi.
Berbagai faktor yang mempengaruhi diterima atau
tidaknya suatu unsur kebudayaan baru diantaranya:
1. Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2. Jika pandangan hidup dan nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas.
1. Terbatasnya masyarakat memiliki hubungan atau kontak dengan kebudayaan dan dengan orang-orang yang berasal dari luar masyarakat tersebut.
2. Jika pandangan hidup dan nilai yang dominan dalam suatu kebudayaan ditentukan oleh nilai-nilai agama.
3. Corak struktur sosial suatu masyarakat turut menentukan proses penerimaan kebudayaan baru. Misalnya sistem otoriter akan sukar menerima unsur kebudayaan baru.
4. Suatu unsur kebudayaan diterima jika sebelumnya sudah ada unsur-unsur kebudayaan yang menjadi landasan bagi diterimanya unsur kebudayaan yang baru tersebut.
5. Apabila unsur yang baru itu memiliki skala kegiatan yang terbatas.
Kebudayaan sangat erat hubungannya
dengan masyarakat. Segala sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan
oleh kebudayaan yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Kebudayaan juga
sebagai sesuatu yang turun temurun dari satu generasi ke generasi yang lain,
mengandung keseluruhan pengertian nilai sosial, religius. Jadi, kebudayaan
dapat diartikan sesuatu yang akan memengaruhi tingkat pengetahuan dan meliputi
sistem ide atau gagasan yang terdapat dalam pikiran manusia, sehingga dalam
kehidupan sehari-hari kebudayaan itu bersifat abstrak.
Sedangkan perwujudan kebudayaan adalah
benda-benda yang diciptakan oleh manusia sebagai mahluk yang berbudaya, berupa
prilaku dan benda-bendya yang bersifat nyata, misalnya pola-pola prilaku,
bahasa, peralatan hidup, prganisasi sosial, religi, seni, dan lain-lain, yang
semuanya ditunjukan untuk membantu manusia dalam melangsungkan kehidupan
bermasyarakat.
Kebudayaan
secara garis besar dapat di definisikan sebagai hasil cipta, rasa dan karsa manusia
yang dilakukan secara sadar dalam kehidupan masyarakat.
- Cipta
adalah kemampuan akal pikiran yang menghasilkan ilmu pengetahuan
- Rasa
adalah kemampuan indra yang mendorong manusia unuk mengembangkan
rasa keindahan yang melahirkan karya-karya seni yang agung
- Karsa
adalah kehendak manusia terhadap adanya kesempurnaan hidup, kemuliaan dan
kebahagiaan
Kebudayaan dalam
suatu masyarakat terdiri atas tujuh unsur yang saling berkaitan. Dalam
mengamati suatu kebudayaan seorang ahli antropologi membagi seluruh kebudayaan
ke dalam unsur-unsur besar yang disebut unsur kultural universal.
Berdasarkan pengertian dan definisi diatas tentang
kebudayaan, maka dapat diketahui bahwa secara umum kebudayaan memiliki 7 unsur
penting yang menjadi komponen pokok pembentuk kebudayaan, yaitu:
1.
Sistem religius
Pengertian sistem
kepercayaan lebih luas dari agama dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Sistem kepercayaan berkaitan dengan kekuatan di luar diri manusia. Kepercayaan
terhadap dewa-dewa, animisme, dinamisme, dan kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa adalah bukti unsur religi dalam kebudayaan. Dalam setiap kebudayaan
akan ditemukan unsur ini walaupun dalam bentuk yang berbeda.
Koentjaraningrat menyatakan bahwa asal mula
permasalahan fungsi religi dalam masyarakat adalah adanya pertanyaan mengapa manusia
percaya kepada adanya suatu kekuatan gaib atau supranatural yang dianggap lebih
tinggi daripada manusia dan mengapa manusia itu melakukan berbagai cara untuk
berkomunikasi dan mencari hubungan-hubungan dengan kekuatan-kekuatan supranatural
tersebut. Dalam usaha untuk memecahkan pertanyaan mendasar yang menjadi
penyebab lahirnya asal mula religi tersebut, para ilmuwan sosial berasumsi
bahwa religi suku-suku bangsa di luar Eropa adalah sisa dari bentuk-bentuk
religi kuno yang dianut oleh seluruh umat manusia pada zaman dahulu ketika
kebudayaan mereka masih primitif.
Kajian antropologi dalam memahami unsur religi sebagai
kebudayaan manusia idak dapat dipisahkan dari religious emotion atau emosi
keagamaan. Emosi keagamaan adalah perasaan dalam diri manusia yang mendorongnya
melakukan tindakan-tindakan yang bersifat religius. Emosi keagamaan ini pula
yang memunculkan konsepsi benda-benda yang dianggap sakral dan profan dalam kehidupan
manusia
Dalam sistem religi terdapat tiga unsur yang harus
dipahami selain emosi keagamaan, yakni sistem keyakinan, sistem upacara keagamaan,
dan umat yang menganut religi itu. Secara evolusionistik, religi
manusia juga berkembang dari bentuk yang sederhana ke bentuk yang kompleks. Perhatian
utama para ahli antropologi pada awalnya adalah mengenai bentuk religi atau keyakinan
yang bersifat alami. Misalnya, kepercayaan menyembah pada suatu kekuatan gaib
di luar diri manusia, berupa gunung, angin, hutan, dan laut. Kepercayaan
tersebut berkembang pada tingkatan yang lebih tinggi, yakni kepercayaan kepada
satu dewa saja (monotheism) dan lahirnya konsepsi agama wahyu, seperti Islam,
Hindu, Buddha, dan Kristen. Sistem religi juga mencakup mengenai dongeng-dongeng
atau cerita yang dianggap suci mengenai sejarah para dewa-dewa (mitologi).
Cerita keagamaan tersebut terhimpun dalam buku-buku yang dianggap sebagai
kesusastraan suci. Salah satu unsur religi adalah aktivitas keagamaan di mana terdapat
beberapa aspek yang penting untuk dilakukan dalam aktivitas tersebut. Unsur tersebut,
antara lain sebagai berikut.
a. Tempat dilakukannya upacara keagamaan, seperti candi,
pura, kuil, surau, masjid, gereja, wihara atau tempat-tempat lain yang dianggap
suci oleh umat beragama.
b. Waktu dilakukannya upacara keagamaan, yaitu hari-hari
yang dianggap keramat atau suci atau melaksanakan hari yang memang telah
ditentukan untuk melaksanakan acara religi tersebut.
c. Benda-benda dan alat-alat yang digunakan dalam upacara
keagamaan, yaitu patung-patung, alat bunyi-bunyian, kalung sesaji, tasbih, dan
rosario.
d. Orang yang memimpin suatu upacara keagamaan, yaitu
orang yang dianggap memiliki kekuatan religi yang lebih tinggi dibandingkan
anggota kelompok keagamaan lainnya. Misalnya, ustad, pastor, dan biksu. Dalam
masyarakat yang tingkat religinya masih relatif sederhana pemimpin keagamaan
adalah dukun, saman atau tetua adat
2.
Sistem kekerabatan atau organisasi kemasyarakatan
Sistem
organisasi sosial termasuk sistem organisasi kenegaraan dan sistem
pemerintahannya. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak dapat hidup tanpa
orang lain. Interaksi antarmanusia menghasilkan cara-cara pengorganisasian
sosial yang disepakati oleh anggota masyarakat. Sistem sosial ini meliputi
sistem kekerabatan (keluarga) sampai organisasi sosial yang lebih luas, seperti
asosiasi, perkumpulan, dan akhirnya sampai pada negara.
Sadar bahwa tubuhnya lemah namun memiliki
akal maka disusunlah organisasi kemasyarakatan dimana manusia bekerja sama
untuk meningkatkan kesejahtraan hidupnya.
kesatuan sosial yang paling dekat dan dasar adalah kerabatnya, yaitu keluarga
inti yang dekat dan kerabat yang lain. Selanjutnya, manusia akan digolongkan ke
dalam tingkatan-tingkatan lokalitas geografis untuk membentuk organisasi sosial
dalam kehidupannya. Kekerabatan berkaitan dengan pengertian tentang perkawinan
dalam suatu masyarakat karena perkawinan merupakan inti atau dasar pembentukan
suatu komunitas atau organisasi sosial. Perkawinan diartikan sebagai penyatuan
dua orang yang berbeda jenis kelamin untuk membagi sebagian besar hidup mereka
bersama-sama. Namun, definisi perkawinan tersebut bisa diperluas karena
aktivitas tersebut mengandung berbagai unsur yang melibatkan kerabat luasnya.
a. Jenis Perkawinan
Dilihat
dari jenis perkawinan, Marvin Harris mengelompokkan perkawinan menjadi beberapa
macam, antara lain sebagai berikut.
o
Monogami,
yakni menikah dengan satu orang saja.
o
Poligami,
yakni menikah dengan beberapa orang.
o
Poliandri,
yakni seorang perempuan menikahi beberapa orang laki-laki.
o
Poligini,
yakni satu orang laki-laki menikahi beberapa orang perempuan.
o
Perkawinan kelompok (group marriage), yakni jenis perkawinan yang memperbolehkan laki-laki dengan beberapa
wanita dapat melakukan hubungan seks satu sama lain.
o
Levirat,
yakni perkawinan antara seorang janda dengan saudara laki-laki suaminya yang
sudah meninggal.
o
Sororat,
yakni perkawinan antara seorang duda dengan saudara perempuan istri yang sudah
meninggal
b. Prinsip Jodoh Ideal
Dalam
sistem perkawinan masyarakat terdapat dua jenis pemilihan calon pasangan yang
dianggap sesuai menurut adat masyarakat setempat, antara lain sebagai berikut.
1) Prinsip Endogami
Prinsip
endogami adalah memilih calon pasangan dari dalam kerabatnya sendiri. Hal ini
bisa dilihat dalam masarakat Jawa kuno yang memilih sepupu jauh sebagai prinsip
ini dipegang teguh untuk menjaga kemurnian darah kebangsawanan
2) Prinsip Eksogami
Prinsip
eksogami adalah memilih calon pasangan yang berasal dari luar kerabat atau
klannya. Masyarakat Batak mempraktikkan hal ini dengan konsep dalihan na tolu,
yakni menikahkan gadis antarkelompok kekerabatan yang berbeda marga.
Pola perkawinan tersebut memang masih dianut oleh
masyarakat setempat yang mempraktikkannya meskipun arus modernisasi telah mulai
menggeser kebiasaan tersebut.
Misalnya, masyarakat Jawa sudah mulai meninggalkan
kebiasaan mencari jodoh ideal yang berasal dari satu kerabat dan mulai mencari
jodoh di luar kerabatnya sendiri. Pergeseran nilai dan norma masyarakat serta
perkembangan zaman mulai mengubah prinsip kekerabatan dalam perkawinan Prinsip
keturunan dalam kekerabatan berkaitan dengan masalah perkawinan. Terdapat jenis
kekerabatan yang menganut prinsip patrilineal atau menganut garis keturunan
ayah atau pihak laki-laki dan prinsip matrilineal atau menganut garis keturunan
dari pihak ibu atau perempuan serta prinsip-prinsip kombinasi seperti
kekerabatan ambilineal dan bilineal. Masyarakat yang bersifat patriarkal dapat
dijumpai di berbagai tempat karena mayoritas masyarakat mempraktikkan prinsip
keturunan ini. Masyarakat Jawa adalah contoh yang paling konkret dalam
mempraktikkan prinsip patrilineal. Sebaliknya, masyarakat Minangkabau
mempraktikkan prinsip keturunan matrilineal yang jarang sekali diterapkan dalam
masyarakat lainnya
c. prinsip adat Menetap
Adat menetap sesudah menikah juga termasuk dalam
bahasan mengenai kekerabatan. Dalam analisis antropologi Koentjaraningrat menyebutkan
adanya tujuh macam adat
menetap sesudah menikah, antara lain sebagai berikut.
1) Utrolokal, yaitu kebebasan untuk
menetap di sekitar kediaman kerabat suami atau istri.
2) Virilokal, yaitu adat yang menetapkan
pengantin harus tinggal di sekitar pusat kediaman kaum kerabat suaminya.
3) Uxorilokal, yaitu adat yang menetapkan
pengantin untuk tinggal di pusat kediaman keluarga istri.
4) Bilokal, yaitu adat yang menetapkan
pengantin untuk tinggal dalam sekitar pusat kediaman kerabat suami dan istri secara
bergantian.
5) Avunlokal, yaitu adat yang menetapkan
pengantin untuk tinggal di sekitar tempat kediaman saudara laki-laki dari suami
ibu.
6) Natolokal, yaitu adat yang menetapkan
pengantin untuk tinggal terpisah dan suami tinggal di rumah kerabatnya.
7) Neolokal, yaitu adat yang menetapkan
pengantin untuk tinggal di kediaman baru yang tidak mengelompok di rumah
kerabat suami ataupun istri.
d. Keluarga Batih dan Keluarga Luas
Di dalam perkawinan terbentuklah keluarga batih atau
keluarga inti yang kelompok sosial
terkecil dalam masyarakat yang didasarkan atas adanya hubungan darah para anggota. Dari
beberapa keluarga inti akan terbentuk keluarga luas (extended family).
3.
Sistem pengetahuan
Pengetahuan berkaitan dengan kodrat rasa ingin tahu
yang ada pada manusia. Rasa ingin tahu manusia mendorong tumbuhnya pengetahuan.
Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui melalui indra yang dimiliki
oleh manusia. Pengetahuan dapat diperoleh melalui pengamatan, logika berpikir,
intuisi, dan juga wahyu Tuhan.
Perkembangan
pengetahuan yang telah logis, sistematis, dan metodik melahirkan ilmu
pengetahuan.Sistem pengetahuan dalam kultural universal berkaitan dengan sistem
peralatan hidup dan teknologi karena sistem pengetahuan bersifat abstrak dan
berwujud di dalam ide manusia. Sistem pengetahuan sangat luas batasannya karena
mencakup pengetahuan manusia tentang berbagai unsur yang digunakan dalam kehi
dupannya. Namun, yang menjadi kajian dalam antropologi adalah bagaimana
pengetahuan manusia digunakan untuk mempertahankan hidupnya
Menurut
Koentjaraningrat, setiap suku bangsa di dunia memiliki pengetahuan mengenai,
antara lain:
a. alam sekitarnya;
b. tumbuhan yang tumbuh di sekitar daerah tempat
tinggalnya;
c. binatang yang hidup di daerah tempat tinggalnya;
d zat-zat, bahan mentah, dan benda-benda dalam
lingkungannya;
e. tubuh manusia;
f. sifat-sifat dan tingkah laku manusia;
g. ruang dan waktu.
4.
Sistem mata pencaharian hidup dan sistem ekonomi
Mata
pencaharian atau aktivitas ekonomi suatu masyarakat menjadi fokus kajian
penting etnografi. Penelitian etnografi mengenai sistem mata pencaharian
mengkaji bagaimana cara mata pencaharian suatu kelompok masyarakat atau sistem
perekonomian mereka untuk mencukupi kebutuhan hidupnya. Sistem ekonomi
pada masyarakat tradisional,
antara lain:
a. berburu dan
meramu;
b. beternak;
c. bercocok tanam di
ladang;
d. menangkap ikan;
e. bercocok tanam
menetap dengan sistem irigasi.
Lima
sistem mata pencaharian tersebut merupakan jenis mata pencaharian manusia yang
paling tua dan dilakukan oleh sebagian besar masyarakat pada masa lampau dan
pada saat ini banyak masyarakat yang beralih ke mata pencaharian lain. Mata
pencaharian meramu pada saat ini sudah lama ditinggalkan karena terbatasnya
sumber daya alam karena semakin banyaknya jumlah penduduk. Misalnya, mata
pencaharian meramu masyarakat Papua. Dalam masyarakat Papua sampai saat ini
masih dilakukan kebiasaan mengumpulkan sagu dari pohon sagu di hutan atau
mencari Tombelo (sejenis jamur) yang
tumbuh pada batang pohon yang sudah lapuk untuk dijadikan sebagai sumber
makanan. Pada masa praaksara, mata pencaharian manusia pun mengalami perubahan
dari jenis mata pencaharian yang sederhana kejenis mata pencaharian yang
kompleks. Pada saat sistem bercocok tanam mulai berhasil diterapkan dan kontak
sosial antarindividu semakin sering maka lahirlah sistem pertukaran barang
pertama yang dilakukan oleh manusia yang disebut dengan sistem barter. Sistem
barter adalah menukarkan sebagian hasil produksi dengan hasil produksi yang
dihasilkan oleh orang lain. Misalnya, orang yang tinggal di daerah pegunungan
menukarkan sayur mayur hasil produksi ladangnya dengan ikan atau garam yang
dihasilkan penduduk daerah pesisir pantai. Dikenalnya mata uang dalam sistem
ekonomi, mengubah prinsip pertukaran barter yang didasarkan atas uang sebagai
nilai tukarnya sehingga terbentuklah sistem pasar. Pada saat ini hanya sedikit
sistem mata pencaharian atau ekonomi suatu masyarakat yang berbasiskan pada
sektor pertanian
Artinya,
pengelolaan sumber daya alam secara langsung untuk memenuhi kebutuhan hidup
manusia dalam sektor pertanian hanya bisa ditemukan di daerah pedesaan yang relatif
belum terpengaruh oleh arus modernisasi. Pada saat ini pekerjaan sebagai
karyawan kantor menjadi sumber penghasilan utama dalam mencari nafkah. Setelah
berkembangnya sistem industri mengubah pola hidup manusia untuk tidak
mengandalkan mata pencaharian hidupnya dari subsistensi hasil produksi pertaniannya.
Di dalam masyarakat industri, seseorang mengandalkan pendidikan dan keterampilannya
dalam mencari pekerjaan.
5.
Sistem peralatan hidup dan teknologi
Dalam
melangsungkan hidupnya, manusia membutuhkan berbagai perlengkapan untuk
mempermudah kehidupannya. Selanjutnya, berbagai peralatan dari yang sederhana
sampai modern diciptakan, seperti alat-alat rumah tangga, produksi,
transportasi, dan berbagai bentuk teknologi yang makin lama makin canggih
Menurut Koentjaraningrat, pada masyarakat tradisional
terdapat delapan macam sistem peralatan dan unsur kebudayaan fisik yang
digunakan oleh kelompok manusia yang hidup berpindah-pindah atau masyarakat
pertanian, antara lain sebagai berikut.
a. Alat-Alat Produktif
Alat-alat
produktif adalah alat-alat untuk melaksanakan suatu pekerjaan berupa alat
sederhana seperti batu untuk menumbuk gandum atau untuk menumbuk padi dan
alat-alat berteknologi kompleks seperti alat untuk menenun kain. Jenis-jenis
alat-alat produktif ini dapat dibagi berdasarkan bahan mentahnya, yaitu yang
terbuat dari batu, kayu, logam, bambu, dan tulang binatang. Berdasarkan teknik
pembuatannya alat-alat produktif dibedakan berdasarkan teknik pemukulan
(percussion flaking), teknik penekanan (pressure flaking), teknik pemecahan
(chipping),dan teknik penggilingan (grinding).
Berdasarkan
pemakaiannya, alat-alat produktif dapat dibedakan menurut fungsinya dan menurut
jenis peralatannya. Berdasarkan fungsinya, alat-alat produktif dapat dibedakan
berdasarkan jenis alat potong, alat tusuk, pembuat lubang, alat
pukul, alat penggiling, dan alat pembuat api. Berdasarkan jenis peralatannya,
alat-alat produktif dapat dibedakan menjadi alat tenun, alat rumah tangga,
alat-alat pertanian, alat penangkap ikan, dan jerat perangkap binatang Namun,
alat produktif pada saat ini tidak dibatasi hanya berdasarkan pada alat-alat
yang dibuat secara manual. Alat-alat Produktif pada masyarakat masa kini
semakin beragam dengan ditemukannya mesin dan alat listrik hingga teknologi
yang dihasilkan dan digunakan juga lebih canggih dan kompleks.
Selanjutnya,
dalam perkembangan kebudayaan manusia alat-alat bertenaga mesin dan listrik
merupakan peralatan hidup manusia yang penting.
b. Senjata.
Sebagai
alat produktif, senjata digunakan untuk mempertahankan diri atau melakukan
aktivitas ekonomi seperti berburu dan menangkap ikan. Namun, sebagai alat
produktif senjata juga digunakan untuk berperang. Berdasarkan bahannya, senjata
dibedakanmenurut bahan dari kayu, besi, dan logam. Pada saat ini pengertian
senjata telah menyempit hanya sebagai alat yang digunakan untuk mempertahankan
diri dari serangan dan alat untuk berperang seperti senjata modern dan senjata
nuklir yang memiliki daya hancur yang relatif tinggi.
c. Wadah
Alat
produktif berupa wadah dalam bahasa Inggris disebut container. Wadah adalah
alat untuk menyimpan, menimbun, dan memuat barang. Peralatan hidup berupa wadah
banyak dipakai pada zaman prasejarah pada saat manu- sia mulai memanfaatkan
alam untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada zaman prasejarah anyaman dari
kulit atau serat kayu menjadi pilihan masyarakat. Selanjutnya, terjadi perkembangan alat produksi dengan ditemukannya teknik membuat
gerabah (pottery) yang banyak dibuat dari bahan tanah liat. Seiring dengan
meningkatnya aktivitas ekonomi manusia maka bentuk dan jenis wadah pun mulai
berkembang. Misalnya, di dalam aktivitas pertanian menuntut suatu tempat
penyimpanan hasil pertanian sehingga dibuatlah wadah berupa lumbung padi
permanen.
d. Alat-Alat Menyalakan Api
Masyarakat
zaman prasejarah membuat teknologi untuk menyalakan api dengan
menggesek-gesekkan dua buah batu. Dengan ditemukannya bahan bakar minyak dan
gas maka pembuatan api menjadi lebih mudah dan efisien. Api merupakan unsur
penting dalam kehidupan manusia sehingga pembuatannya menuntut teknologi yang
semakin maju.
e.
Makanan, Minuman, Bahan Pembangkit Gairah, dan Jamu-jamuan
Dalam sistem pengetahuan cara-cara memasak menarik
untuk dikaji karena setiap kelompok masyarakat dan kebudayaan memiliki sistem
pengetahuan dan kebiasaan yang berbeda-beda dalam mengolah makanan atau
minuman. Di dalam antropologi jenis-jenis dan bahan makanan tertentu memberikan
arti atau simbol khusus bagi masyarakat tertentu atau dikaitkan dengan konsepsi
keagamaan tertentu.
Misalnya,
babi dan katak adalah binatang yang diyakini haram oleh kaum muslim sehingga
tidak boleh dimakan. Sebaliknya, dalam masyarakat Papua, babi menjadi simbol
makanan penting karena merupakan binatang yang dijadikan mahar dalam pesta
perkawinan. Dalam kajian antropologi masyarakat kontemporer, pembahasan
mengenai makanan dan minuman disebut dengan istilah kuliner (culinair)
.
f.
Pakaian dan Tempat Perhiasan
Pakaian
merupakan kebutuhan dasar manusia untuk melindungi diri dari perubahan cuaca.
Pembahasan fungsi pakaian sebagai alat produktif dalam antropologi adalah pada
bagaimana teknik pembuatan serta cara-cara menghias pakaian dan tempat
perhiasan. Dalam suatu masyarakat pakaian seolah menjadi bagian dari tradisi
atau adat istiadat sehingga setiap negara atau suku bangsa memiliki pakaian
adat atau kebesarannya sendiri. Di dalam masyarakat Indonesia yang sangat
majemuk setiap suku bangsa memiliki pakaian adatnya masing-masing yang
berfungsi sebagai simbol-simbol budaya tertentu yang merepresentasikan adat
istiadat dan nilai-nilai suku bangsa tersebut.
g.
Tempat Berlindung dan Perumahan
Rumah
dalam setiap kelompok masyarakat harus disesuaikan dengan kondisi alam
sekitarnya. Pada saat ini banyak dijumpai di perkotaan perumahan dengan istilah
realestat, kondominium, apartemen, dan rumah susun. Untuk mengantisipasi dan
menanggulangi kepadatan penduduk di daerah perkotaan maka dibangun sistem rumah
susun. Semua bentuk rumah atau tempat tinggal merupakan hasil teknologi manusia
yang mencerminkan kebudayaannya masing-masing. Manusia membuat tempat
tinggalnya senyaman mungkin disesuaikan dengan lingkungan alam sekitarnya.
Masyarakat Eskimo yang tinggal di daerah kutub utara membuat rumahnya dari
susunan balok-balok es untuk menahan serangan dingin. Masyarakat Minangkabau
membuat bentuk rumah panggung untuk menghindarkan diri dari binatang buas.
Dalam masyarakat Jawa dibuat rumah berarsitektur jendela besar
karena
suhu udara yang tropis dan lembab. Berdasarkan bangunannya, semua bentuk modern
seperti sekarang ini, namun sudah ada sejak saat zaman prasejarah.
h.
Alat-Alat Transportasi
Manusia
memiliki sifat selalu ingin bergerak dan berpindah tempat. Mobilitas manusia
tersebut semakin lama semakin tinggi sehingga dibutuhkan alat transportasi yang
bisa mencukupi kebutuhan untuk memudahkan manusia dan barang. Kebutuhan
mobilitas manusia tidak hanya muncul di zaman Rumah atau tempat berlindung
merupakan wujud kebudayaan yang mengandungunsur teknologi.
Menurut fungsinya alat-alat transpor yang terpenting
adalah sepatu, binatang, alat seret, kereta beroda, rakit, dan perahu.
Masyarakat saat ini sudah menggantungkan kebutuhan transportasinya pada mobil,
kereta api, kapal laut, kapal terbang, atau motor dan meninggalkan alat
transportasi binatang, seperti kuda, anjing, atau lembu karena dianggap tidak
praktis dan efisien. Pada saat ini kuda atau keledai yang dahulu dijadikan alat
transportasi atau pengangkut barang sudah lama digantikan dengan truk-truk dan
mobil yang dianggap lebih cepat, ekonomis, dan efisien. Sebelum ditemukannya
roda, alat transportasi masih banyak menggunakan alas kaki atau alat seret yang
diikatkan pada hewan seperti pada alat angkut orang Indian di Amerika. Penemuan
roda menjadi dasar penemuan berbagai mesin, pesawat, dan alat transportasi yang
semakin maju, seperti mobil, kapal, pesawat terbang, dan kereta
6.
Sistem bahasa
Salah satu kelebihan
manusia adalah kemampuannya untuk berkomunikasi. Dengan orang lain dengan
menggunakan bahasa. Perkembangan bahasa, baik lisan, tulisan, maupun gerakan
(isyarat) berbeda-beda antara kebudayaan yang satu dengan kebudayaan yang lain.
Esensi bahasa adalah komunikasi. Jadi, bahasa merupakan unsur universal
kebudayaan yang dikembangkan oleh manusia karena kebutuhan komunikasi dengan
orang lain, baik dalam kelompok maupun di luar kelompoknya.
Dalam
analisis antropologi kontemporer bahasa sering dikaitkan dengan konsep dan
teori semiotika atau sintaksis yang tidak dibahas secara mendetail dalam
antropologi, tetapi dibahas secara mendalam dalam studi ilmu linguistik yang
disebut sebagai sosiolinguistik.
7.
Kesenian
Perhatian
ahli antropologi mengenai seni bermula dari penelitian etnografi mengenai
aktivitas kesenian suatu masyarakat tradisional. Deskripsi yang dikumpulkan
dalam penelitian tersebut berisi mengenai benda-benda atau artefak yang memuat
unsur seni,seperti patung, ukiran, dan hiasan. Penulisan etnografi awal tentang
unsur seni pada kebudayaan manusia lebih mengarah pada teknik-teknik dan proses
pembuatan benda seni tersebut. Selain itu, deskripsi etnografi awal tersebut
juga meneliti perkembangan seni musik, seni tari, dan seni drama dalam suatu
masyarakat. Berdasarkan jenisnya, seni rupa terdiri atas seni patung, seni
relief, seni ukir, seni lukis, dan seni rias. Seni musik terdiri atas seni
vokal dan instrumental, sedangkan seni sastra terdiri atas prosa dan puisi.
Selain itu, terdapat seni gerak dan seni tari, yakni seni yang dapat ditangkap
melalui indera pendengaran maupun penglihatan. Jenis seni tradisional adalah
wayang, ketoprak, tari, ludruk, dan lenong. Sedangkan seni modern adalah film,
lagu, dan koreografi. Dalam kajian antropologi kontemporer terdapat kajian visual culture, yakni analisis kebudayaan yang khusus
mengkaji seni film dan foto. Dua media seni tersebut berusaha menampilkan
kehidupan manusia beserta kebudayaannya dari sisi visual berupa film dokumenter
atau karya-karya foto mengenai aktivitas kebudayaan suatu masyarakat
Kebudayaan memiliki pengertian sebagai segala tingkah
laku manusia dalam kehidupannya yang diperoleh melalui proses belajar. Namun,
seringkali kebudayaan hanya bermakna atau berkaitan dengan bidang seni.
Menurut Prof. Dr. Koentjoroningrat
menguaikan wujud kebudayaan menjadi 3 macam, yaitu:
Ø Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Ide
Wujud
kebudayaan sebagai kompleks dari ide-ide, gagasan, nilai-nilai, norma-norma,
peraturan dan sebagainya.
Wujud kebudayaan sebagai sistem ide bersifat sangat abstrak, tidak bisa diraba
atau difoto dan terdapat dalam alam pikiran individu penganut kebudayaan
tersebut. Wujud kebudayaan sebagai sistem ide hanya bisa dirasakan dalam
kehidupan sehari-hari yang mewujud dalam bentuk norma, adat istiadat, agama,
dan hukum atau undang- undang.
Contoh
wujud kebudayaan sebagai sistem ide yang berfungsi untuk mengatur dan menjadi
acuan perilaku kehidupan manusia adalah norma sosial. Norma sosial dibakukan
secara tidak tertulis dan diakui bersama oleh anggota kelompok masyarakat
tersebut.
Misalnya,
aturan atau norma sopan santun dalam berbicara kepada orang yang lebih tua dan
aturan bertamu di rumah orang lain. Bentuk kebudayaan sebagai sistem ide secara
konkret terdapat dalam undang-undang atau suatu peraturan tertulis.
Ø Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Aktivitas
Wujud kebudayaan
sebagai sistem aktivitas merupakan sebuah aktivitas atau kegiatan sosial yang
berpola dari individu dalam suatu masyarakat. Sistem ini terdiri atas aktivitas
manusia yang saling berinteraksi dan berhubungan secara kontinu dengan
sesamanya.
Wujud kebudayaan ini
bersifat konkret, bisa difoto, dan bisa dilihat.
Misalnya, upacara
perkawinan masyarakat Flores, atau proses pemilihan umum di
Indonesia. Kampanye
partai adalah salah satu contoh bentuk atau wujud kebudayaan yang berupa
aktivitas individu. Dalam kegiatan tersebut terkandung perilaku berpola dari
individu, yang dibentuk atau dipengaruhi kebudayaannya. Selain itu, upacara
perkawinan atau upacara lainnya yang melibatkan suatu aktivitas kontinu dari
individu anggota masyarakat yang berpola dan bisa diamati suatu
masyarakat. Seperti upacara perkawinan dalam masyarakat Jawa yang begitu rumit
memperlihatkan pola yang teratur dan tetap dengan mempergunakan berbagai benda
yang dibutuhkan dalam
aktivitas tersebut.
secara langsung juga merupakan salah satu contoh wujud
kebudayaan yang
berbentuk aktivita
Ø Wujud Kebudayaan sebagai Sistem Artefak
Wujud kebudayaan
sebagai sistem artefak adalah wujud kebudayaan yang paling konkret, bisa dilihat,
dan diraba secara langsung oleh pancaindra. Wujud kebudayaan ini adalah berupa
kebudayaan fisik yang merupakan hasil-hasil kebudayaan manusia
berupa tataran sistem
ide atau pemikiran ataupun aktivitas manusia yang berpola. Misalnya, kain ulos
dari Batak atau wayang golek dari Jawa. Di dalam upacara adat perkawinan Jawa,
berbagai mahar berupa barang yang harus diberikan oleh pihak mempelai laki-laki
kepada pihak mempelai perempuan. Benda-benda itu merupakan
perwujudan dari ide
dan aktivitas individu sebagai hasil dari kebudayaan masyarakat. Dalam upacara
selamatan, terdapat berbagai sesaji atau peralatan yang dibutuhkan atau
digunakan dalam aktivitas tersebut. Di dalam suatu kampanye partai politik
dibuat berbagai macam lambang partai berupa bendera yang menyimbolkan
keberadaan atau kebesaran partai tersebut. Dalam kehidupan manusia ketiga wujud
kebudayaan tersebut
saling berkaitan dan melengkapi satu sama lainnya.
Misalnya, di dalam
upacara perkawinan konsep mengenai upacara tersebut, siapa yang terlibat, apa
yang diperlukan, dan bagaimana jalannya upacara tersebut merupakan wujud
kebudayaan dalam tataran yang paling abstrak, yakni sistem ide. Namun, upacara
perkawinan merupakan sebuah aktivitas yang berpola dari suatu masyarakat.
Seperti upacara perkawinan dalam masyarakat Jawa yang begitu rumit
memperlihatkan pola yang teratur dan tetap dengan mempergunakan berbagai benda
yang dibutuhkan dalam aktivitas tersebut
Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian yaitu
: kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan perubahan dalam
bentuk juga aturan-aturan organisasi sosial. Perubahan kebudayaan akan
berjalan terus-menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya.
Kebudayaan berubah dengan cara :
1.
Defusi : adalah penyebaran
unsur kebudayaan dari suatu masyarakat ke masyarakat lain antar
individu antar keluarga ataupun golongan.
2.
Akulturasi : adalah diterimanya
kebudayaan lain/luar kemudian diolah menjadi kebudayaan sendiri . Mis : politik
dakwah, pendidikan. Musik padang pasir menjadi musik gambus.
3.
Asimilasi :
Terjadi pada kelompok masyarakat yang tidak sama kebudayaannya tapi dapat hidup
secara berdampingan dengan damai saling mendekat lambat laun menjadi sama
bahkan menjadi model kebudayaan yang baru. Kebudayaan ini dibentuk dari unsur
yang berbeda-beda oleh mobilitas penduduk
1. Kelebihan
Ø Keanekaragaman budaya lokal yang ada di
Indonesia
Ø Kekhasan budaya Indonesia
Ø Kebudayaan Lokal menjadi sumber ketahanan
budaya bangsa
Ø Indonesia dipandang dunia Internasional karena
kekuatan budayanya.
Ø Kuatnya
budaya bangsa, memperkokoh rasa persatuan
Ø Kemajuan pariwisata
Ø Multikuturalisme
Ø
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah seperti :adat istiadat dan keyakinan agama (
kebudayaan non material)
Ø Adanya
individu-individu yang sukar menerima unsur-unsur perubahan terutama generasi
tua yang kolot.
2. Kekurangan
þ Kurangnya kesadaran masyarakat
þ Minimnya komunikasi budaya
þ Kurangnya pembelajaran budaya
þ Adanya
unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah, terutama
unsur-unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan material).
þ Adanya
individu-individu yang mudah menerima unsure-unsur perubahan kebudayaan,
terutama generasi muda.
þ Adanya faktor
adaptasi dengan lingkungan alam yang mudah berubah.
Seiring dengan perkembangan zaman, kebudayaan suatu bangsa pun akan
mengalami perkembangan dan perubahan. Dimulai dari kebudayaan tradisional,
kebudayaan peralihan, hingga kebudayaan modern. Perubahan kebudayaan merupakan
suatu kejadian yang terjadi dalam kehidupan di dunia ini. Pengertian perubahan
kebudayaan sendiri adalah adanya ketidak sesuaian di antara
unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda, sehingga terjadilah keadaan yang
tidak sesuai dengan fungsinya bagi kehidupan.
perubahan sosial budaya adalah sebuah gejala berubahnya struktur
sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat. Perubahan sosial budaya
merupakan gejala umum yang terjadi sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan hakikat
dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Hirschman
mengatakan bahwa kebosanan manusia sebenarnya merupakan penyebab dari
perubahan.
Kebudayaan sangat erat hubungannya dengan masyarakat.
Melville J. Herskovits dan Bronislaw Malinowski mengemukakan bahwa segala
sesuatu yang terdapat dalam masyarakat ditentukan oleh kebudayaan yang dimiliki
oleh masyarakat itu sendiri
Dalam kehidupan sehari hari,karena perubahan gaya
hidup manusia,perubahan zaman dan lain lain maka budaya pun ikut beradaptasi
dengan lingkungan kehidupan yang ada. Perubahan sosial budaya adalah sebuah
gejala berubahnya struktur sosial dan pola budaya dalam suatu masyarakat.
Perubahan sosial budaya merupakan gejala umum yang terjadi
sepanjang masa dalam setiap masyarakat. Perubahan itu terjadi sesuai dengan
hakikat dan sifat dasar manusia yang selalu ingin mengadakan perubahan. Menurut
saya, kebosanan manusia lah yang sebenarnya merupakan penyebab dari perubahan.
Perubahan budaya juga dapat timbul akibat timbulnya
perubahan lingkungan masyarakat, penemuan baru, dan kontak dengan kebudayaan
lain. Sebagai contoh, berakhirnya zaman es berujung pada ditemukannya sistem
pertanian, dan kemudian memancing inovasi-inovasi baru lainnya dalam
kebudayaan.
Selain itu,Penetrasi terhadap kebudayaan juga menjadi
faktor yang mempengaruhi perubahan kebudayaan. Yang dimaksud dengan penetrasi
kebudayaan adalah masuknya pengaruh suatu kebudayaan ke kebudayaan lainnya.
Penetrasi kebudayaan dapat terjadi dengan dua cara,yaitu penetrasi damai dan
penetrasi kekerasan
Penetrasi damai (penetration pasifique) adalah
Masuknya sebuah kebudayaan dengan jalan damai. Misalnya, masuknya pengaruh
kebudayaan Hindu dan Islam ke IndonesiaPenerimaan kedua macam kebudayaan
tersebut tidak mengakibatkan konflik, tetapi memperkaya khasanah budaya
masyarakat setempat. Pengaruh kedua kebudayaan ini pun tidak mengakibatkan
hilangnya unsur-unsur asli budaya masyarakat. Penyebaran kebudayaan secara
damai akan menghasilkan Akulturasi, Asimilasi, atau Sintesis.
Akulturasi adalah bersatunya dua kebudayaan sehingga membentuk
kebudayaan baru tanpa menghilangkan unsur kebudayaan asli. Contohnya, bentuk
bangunan Candi Borobudur yang merupakan perpaduan antara kebudayaan asli Indonesia
dan kebudayaan India. Asimilasi adalah bercampurnya dua kebudayaan sehingga
membentuk kebudayaan baru. Sedangkan Sintesis adalah bercampurnya dua
kebudayaan yang berakibat pada terbentuknya sebuah kebudayaan baru yang sangat
berbeda dengan kebudayaan asli.
Penetrasi
kekerasan (penetration
violante) adalah Masuknya sebuah kebudayaan dengan cara memaksa dan merusak.
Contohnya, masuknya kebudayaan Barat ke Indonesia pada zaman penjajahan
disertai dengan kekerasan sehingga menimbulkan goncangan-goncangan yang merusak
keseimbangan dalam masyarakat. Wujud budaya dunia barat antara lain adalah
budaya dari Belanda yang menjajah selama 350 tahun lamanya. Budaya warisan
Belanda masih melekat di Indonesia antara lain pada sistem pemerintahan
Indonesia dan korupsi
Pengertian perubahan kebudayaan adalah suatu
keadaan dalam masyarakat yang terjadi karena ketidak sesuaian diantara
unsur-unsur kebudayaan yang saling berbeda sehingga tercapai keadaan yang tidak
serasi fungsinya bagi kehidupan.
Contoh :
Masuknya mekanisme pertanian mengakibatkan hilangnya beberapa jenis teknik pertanian tradisional seperti teknik menumbuk padi dilesung diganti oleh teknik “Huller” di pabrik penggilingan padi. Peranan buruh tani sebagai penumbuk padi jadi kehilangan pekerjaan.
Semua terjadi karena adanya salah satu atau beberapa unsur budaya yang tidak berfungsi lagi, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan didalam masyarakat. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan perubahan dalam bentuk juga aturan-aturan organisasi social. Perubahan kebudayaan akan berjalan terus-menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya.
Ada faktor-faktor yang mendorong dan menghambat perubahan kebudayaan yaitu:
Contoh :
Masuknya mekanisme pertanian mengakibatkan hilangnya beberapa jenis teknik pertanian tradisional seperti teknik menumbuk padi dilesung diganti oleh teknik “Huller” di pabrik penggilingan padi. Peranan buruh tani sebagai penumbuk padi jadi kehilangan pekerjaan.
Semua terjadi karena adanya salah satu atau beberapa unsur budaya yang tidak berfungsi lagi, sehingga menimbulkan gangguan keseimbangan didalam masyarakat. Perubahan dalam kebudayaan mencakup semua bagian yaitu : kesenian, ilmu pengetahuan, teknologi dan filsafat bahkan perubahan dalam bentuk juga aturan-aturan organisasi social. Perubahan kebudayaan akan berjalan terus-menerus tergantung dari dinamika masyarakatnya.
Ada faktor-faktor yang mendorong dan menghambat perubahan kebudayaan yaitu:
Mendorong perubahan kebudayaan
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi mudah berubah, terutama unsur-unsur teknologi dan ekonomi ( kebudayaan material).
Adanya individu-individu yang mudah menerima unsure-unsur perubahan kebudayaan, terutama generasi muda.
Adanya faktor adaptasi dengan lingkungan alam yang mudah berubah.
Menghambat perubahan kebudayaan
Adanya unsur-unsur kebudayaan yang memiliki potensi sukar berubah
seperti adat istiadat dan keyakinan agama ( kebudayaan non material)
Adanya individu-individu yang sukar menerima unsure-unsur perubahan terutama generasi tu yang kolot.
.
Ada juga faktor-faktor yang menyebabkan terjadinya perubahan kebudayaan :
1. Faktor intern
- Perubahan Demografis
Perubahan demografis disuatu daerah biasanya cenderung terus bertambah, akan mengakibatkan terjadinya perubahan diberbagai sektor kehidupan, c/o: bidang perekonomian, pertambahan penduduk akan mempengaruhi persedian kebutuhan pangan, sandang, dan papan.
- Konflik social
Konflik social dapat mempengaruhi terjadinya perubahan kebudayaan dalam suatu masyarakat. c/o: konflik kepentingan antara kaum pendatang dengan penduduk setempat didaerah transmigrasi, untuk mengatasinya pemerintah mengikutsertakan penduduk setempat dalam program pembangunan bersama-sama para transmigran.
- Bencana alam
Bencana alam yang menimpa masyarakat dapat mempngaruhi perubahan c/o; bencana banjir, longsor, letusan gunung berapi masyarkat akan dievakuasi dan dipindahkan ketempat yang baru, disanalah mereka harus beradaptasi dengan kondisi lingkungan dan budaya setempat sehingga terjadi proses asimilasi maupun akulturasi.
- Perubahan lingkungan alam
Perubahan lingkungan ada beberapa faktor misalnya pendangkalan muara sungai yang membentuk delta, rusaknya hutan karena erosi atau perubahan iklim sehingga membentuk tegalan. Perubahan demikian dapat mengubah kebudayaan hal ini disebabkan karena kebudayaan mempunyai daya adaptasi dengan lingkungan setempat.
- Pemberontakan atau revolusi
Hal ini
menyebabkan perubahan pada struktur pemerintahan pada suatu negara.
Adanya
penemuan baru,
seperti: Adanya ide atau alat baru yang sebelumnya belum pernah ada (Discovery),
Penyempurnaan penemuan baru (Invention), dan Proses pembaharuan atau
melengkapi atau mengganti yang telah ada (Innovation).
2. Faktor ekstern
- Perdagangan
Indonesia terletak pada jalur perdagangan Asia Timur denga India, Timur Tengah bahkan Eropa Barat. Itulah sebabnya Indonesia sebagai persinggahan pedagang-pedagang besar selain berdagang mereka juga memperkenalkan budaya mereka pada masyarakat setempat sehingga terjadilah perubahan budaya dengan percampuran budaya yang ada.
- Penyebaran agama
Masuknya unsur-unsur agama Hindhu dari India atau budaya Arab bersamaan proses penyebaran agama Hindhu dan Islam ke Indonesia demikian pula masuknya unsur-unsur budaya barat melalui proses penyebaran agama Kristen dan kolonialisme.
- Peperangan
Kedatangan bangsa Barat ke Indonesia umumnya menimbulkan perlawanan keras dalam bentuk peperangan, dalam suasana tersebut ikut masuk pula unsure-unsur budaya bangsa asing ke Indonesia.
- Pengaruh budaya
lain
seperti: Penyebaran kebudayaan (Difusi),
Pembauran antar budaya yang masih terlihat masing-masing sifat khasnya (Akulturasi),
dan Pembauran antar budaya yang menghasilkan budaya yang baru tanpa terlihat
budaya yang lama sama sekali (Asimilasi).
Manusia dan
kebudayaan pada hakekatnya memiliki hubungan yang sangat erat, dan hampir semua
tindakan dari seorang manusia itu adalah merupakan kebudayaan. Manusia
mempunyai empat kedudukan terhadap kebudayaan yaitu sebagai:
- Penganut
kebudayaan,
- Pembawa
kebudayaan,
- Manipulator
kebudayaan, dan
- Pencipta
kebudayaan.
Dapat dituliskan melalui skema sebagai berikut
Tiap manusia pun bisa
tanpa disadari bisa membuat budaya dirinya sendiri, melalui akal budi mereka
sendiri mereka bisa mempengaruhi orang lain disekitarnya, sehingga dengan
seiring waktu berjalan, orang-orang disekitar dia akan memiliki tingkah laku,
sifat dan kebudayaan yang hampir sama dengan dia.
Budaya manusia itu sendiri berbeda-beda yang
disebabkan oleh banyak faktor seperti daerah, turun-temurun, tingkat sosial,
lingkungan, kemajuan IPTEK dan lain sebagainya. Hal ini menimbulkan banyaknya
tarian, lagu, kebiasaan dan tatanan kehidupan lainnya di setiap daerah yang
berbeda, apalagi seperti di Indonesia yang memiliki banyak sekali daerah dan
bermacam-macam suku. Contoh kebiasaan berbudaya dalam daerah Manado belum tentu
sama dengan kehidupan berbudaya suku Bugis.
Seiring berjalannya waktu,
kebudayaan yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh manusia pun semakin
berkembang. Perbedaan tingkah laku dan etika berbudaya setiap manusia terkadang
menimbulkan konflik dalam kehidupan manusia. Kebanggaan, kesombongan dan
egoisme manusia terhadap kebudayaannya membuat manusia tersebut bersikap
radikal yang arti kasarnya ia melihat bahwa kebudayaan orang lain itu buruk dan
kebudayaannya lah yang terbaik. Berbagai macam konflik kehidupan manusia yang
berlatar belakang budaya seringkali kita temui seperti diskriminasi dan rasisme
terhadap suku tertentu maupun agama tertentu.
Budaya yang berbeda itu indah, karena kita bisa melihat perbedaan dan bisa
mempelajari kebudayaan orang lain, manusia yang merupakan makhluk sosial
tentunya tidak jauh dari yang namanya bergaul dengan orang lain, bersosialisme
dengan orang lain, karena manusia tidak mungkin hidup sendiri, sehingga setiap
manusia harus mempelajari dan bertoleransi terhadap budaya orang lain.
Semakin banyaknya budaya yang ada di tengah-tengah manusia, konflik yang
terjadi semakin banyak meskipun hanya karena masalah kecil. Kalau manusia yang
memiliki toleransi tinggi, konflik tidak akan terjadi, karena manusia yang
berakal budi baik tentu saja melihat keindahan dalam perbedaan sehingga
kedamaian dan kebersamaan akan tercipta.
Disamping itu,
kebudayaan manusia itu menciptakan suatu keindahan yang biasa kita sebut dengan
suatu seni. Keindahan atau seni dibutuhkan oleh setiap manusia agar kehidupan
yang dijalaninya menjadi lebih indah.
Manusia dan keindahan
atau seni memang tidak bisa dipisahkan sehingga diperlukan pelestarian bentuk
keindahan yang dituangkan dalam berbagai bentuk kesenian (seni rupa, seni suara
maupun seni pertunjukan) yang nantinya menjadi bagian dari kebudayaannya yang
dapat dibanggakan.
Sebuah kebudayaan
besar biasanya memiliki sub-kebudayaan (atau biasa disebut sub-kultur), yaitu
sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan
kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kultur disebabkan oleh
beberapa hal, diantaranya karena perbedaan umur, ras, etnisitas, kelas,
aesthetik, agama, pekerjaan, pandangan politik dan gender.
Budaya tercipta atau
terwujud merupakan hasil dari interaksi antara manusia dengan segala isi yang
ada di bumi ini. Manusia diciptakan oleh Tuhan dengan dibekali oleh akal
pikiran sehingga mampu untuk berkarya di muka bumi ini dan secara hakikatnya
menjadi khalifah di muka bumi ini. Disamping itu manusia juga memiliki akal,
intelegensia, intuisi, perasaan, emosi, kemauan, fantasi dan perilaku.
Dengan semua
kemampuan yang dimiliki oleh manusia maka manusia bisa menciptakan kebudayaan.
Ada hubungan dialektika antara manusia dan kebudayaan. Kebudayaan adalah produk
manusia, namun manusia itu sendiri adalah produk kebudayaan. Dengan kata lain,
kebudayaan ada karena manusia yang menciptakannya dan manusia dapat hidup
ditengah kebudayaan yang diciptakannya. Kebudayaan akan terus hidup manakala
ada manusia sebagai pendudukungnya.
Kebudayaan mempunyai
kegunaan yang sangat besar bagi manusia. Hasil karya manusia menimbulkan
teknologi yang mempunyai kegunaan utama dalam melindungi manusia terhadap
lingkungan alamnya. Sehingga kebudayaan memiliki peran sebagai:
1. Suatu hubungan pedoman antarmanusia atau kelompoknya
2. Wadah untuk menyalurkan perasaan-perasaan dan
kemampuan-kemampuan lain.
3. Sebagai pembimbing kehidupan dan penghidupan manusia
4. Pembeda manusia dan binatang
5. Petunjuk-petunjuk tentang bagaimana manusia
harus bertindak dan berprilaku didalam pergaulan.
6. Pengatur agar manusia dapat mengerti bagaimana seharusnya
bertindak, berbuat dan menentukan sikapnya jika berhubungan dengan orang lain.
7. Sebagai modal dasar pembangunan.
Secara sederhana hubungan antara manusia dan kebudayaan
adalah : manusia sebagai perilaku kebudayaan, dan kebudayaan merupakan obyek
yang dilaksanakan manusia. Tetapi apakah sesederhana itu hubungan keduanya ?
Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu keSatuan. Contoh sederhana yang dapat k it a lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
1. Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia
3. Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan .baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Dalani sosiologi manusia dan kebudayaan dinilai sebagai dwitunggal, maksudnya bahwa walaupun keduanya berbeda tetapi keduanya merupakan satu kesatuan. Manusia menciptakan kebudayaan, clan setclah kebudayaan itu tercipta maka kebudayaan mengatur hidup manusia agar sesuai dcngannya. Tampak baliwa keduanya akhimya merupakan satu keSatuan. Contoh sederhana yang dapat k it a lihat adalah hubungan antara manusia dengan peraturan-peraturan kemasyarakatan. Pada saat awalnya peraturan itu dibuat oleh manusia, setelah peraturan itu jadi maka manusia yang membuatnya hams patuh kepada peraturan yang dibuatnya sendiri itu. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa manusia tidak dapat dilepaskan dari kebudayaan, karena kebudayaan itu merupakan perwujudan dari manusia itu sendiri. Apa yang tercakup dalam satu kebudayaan tidak akan jauh menyimpang dari kemauan manusia yang membuatnya.
Dari sisi lain, hubungan antara manusia dan kebudayaan ini dapat dipandang setara dengan hubungan antara manusia dengan masyarakat dinyatakan sebagai dialektis, maksudnya saling terkait satu sama lain. Proses dialektis ini tercipta melalui tiga tahap yaitu :
1. Ekstemalisasi, yaitu proses dimana manusia mengekspresikan dirinya dengan membangun dunianya. Melalui ekstemalisasi ini masyarakat menjadi kenyataan buatan manusia
2. Obyektivasi, yaitu proses dimana masyarakat menjadi realitas obyektif, yaitu suatu kenyataan yang terpisah dari manusia dan berhadapan dengan manusia. Dengan demikian masyarakat dengan segala pranata sosialnya akan mempengaruhi bahkan membentuk perilaku manusia
3. Intemalisasi, yaitu proses dimana masyarakat disergap kembali oleh manusia. Maksudnya bahwa manusia mempelajari kembali masyarakamya sendiri agar dia dapat hidup dengan .baik, sehingga manusia menjadi kenyataan yang dibentuk oleh masyarakat.
Manusia dan kebudayaan, atau
manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang
erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan
mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap
keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar
penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.
-
Pengertian Dialektis
Dialektika disini berasal dari
dialog komunikasi sehari-hari. Ada pendapat dilontarkan ke hadapan publik.
Kemudian muncul tentangan terhadap pendapat tersebut. Kedua posisi yang saling
bertentangan ini didamaikan dengan sebuah pendapat yang lebih lengkap. Dari
fenomen dialog ini dapat dilihat tiga tahap yakni tesis, antitesis dan
sintesis. Tesis disini dimaksudkan sebagai pendapat awal tersebut. Antitesis
yakni lawan atau oposisinya. Sedangkan Sintesis merupakan pendamaian dari
keduanya baik tesis dan antitesis. Dalam sintesis ini terjadi peniadaan dan
pembatalan baik itu tesis dan antitesis. Keduanya menjadi tidak berlaku lagi.
Dapat dikatakan pula, kedua hal tersebut disimpan dan diangkat ke taraf yang
lebih tinggi. Tentunya kebenaran baik dalam tesis dan antitesis masih
dipertahankan. Dalam kacamata Hegel, proses ini disebut
sebagai aufgehoben.
Bentuk triadik dari dialektika
Hegel yakni tesis-antitesis-sintesis berangkat dari pemikir-pemikir sebelum
Hegel. Antinomi Kantian akan numena dan fenomena menimbulkan
oposisi yang tidak terselesaikan[1].
Kemudian Fichte dengan metode ”Teori Pengetahuan”-nya tetap memunculkan
pertentangan walaupun sudah melampaui sedikit apa yang dijabarkan oleh Kant.
Dialektika sendiri sudah dikenal
dalam pemikiran Fichte. Bagi Fichte, seluruh isi dunia adalah sama dengan isi
kesadaran. Seluruh dunia itu diturunkan dari suatu asas yang tertinggi dengan
cara sebagai berikut: ”Aku” meng-ia-kan dirinya (tesis), yang mengakibatkan
adanya ”non-Aku” yang menghadapi ”Aku”. ”non Aku” inilah antitesis. Kemudian
sintesisnya adalah keduanya tidak lagi saling mengucilkan, artinya: kebenaran
keduanya itu dibatasi, atau berlakunya keduanya itu dibatasi. ”Aku” menempatkan
”non-Aku yang dapat dibagi-bagi” berhadapan dengan ”Aku yang dapat
dibagi-bagi”.
Dalam sistem filsafatnya, Hegel menyempurnakan
Fichte. Hegel memperdalam pengertian sintesis. Di dalam sintesis baik
tesis maupun antitesis bukan dibatasi (seperti pandangan Fichte),
melainkan aufgehoben. Kata Jerman ini mengandung tiga arti, yaitu: a)
mengesampingkan, b) merawat, menyimpan, jadi tidak ditiadakan, melainkan
dirawat dalam suatu kesatuan yang lebih tinggi dan dipelihara, c) ditempatkan
pada dataran yang lebih tinggi, dimana keduanya (tesis dan antitesis) tidak
lagi berfungsi sebagai lawan yang saling mengucilkan. Tesis mengandung di dalam
dirinya unsur positif dan negatif. Hanya saja di dalam tesis unsur positif ini
lebih besar. Sebaliknya, antitesis memiliki unsur negatif yang lebih besar.
Dalam sintesislah kedua unsur yang dimiliki tesis dan antitesis disatukan
menjadi sebuah kesatuan yang lebih tinggi.
Dialektika juga dimaksudkan
sebagai cara berpikir untuk memperoleh penyatuan (sintesis) dari dua hal yang
saling bertentangan (tesis versus antitesis). Dengan term aufgehoben,
konsep ”ada” (tesis) dan konsep ”tidak ada” (antitesis) mendapatkan bentuk
penyatuannya dalam konsep ”menjadi” (sintesis) Di dalam konsep ”menjadi”,
terdapat konsep ”ada” dan ”tidak ada” sehingga konsep ”ada” atau ”tidak ada”
dinyatakan batal atau ditiadakan.
Dialektika menjadi sebuah
perkembangan Yang Absolut untuk bertemu dengan dirinya sendiri. Ide yang
Absolut merupakan hasil perkembangan. Konsep-konsep dan ide-ide bukanlah
bayangan yang kaku melainkan mengalir. Metode dialektika menjadi sebuah gerak
untuk menciptakan kebaruan dan perlawanan. Dengan tiga tahap yakni tesis,
antitesis dan sintesis setiap ide-ide, konsep-konsep (tesis) berubah menjadi
lawannya (antitesis). Pertentangan ini ”diangkat” dalam satu tingkat yang lebih
tinggi dan menghasilkan sintesis. Hal baru ini (sintesis) kemudian menjadi tesis
yang menimbulkan antitesis lagi lalu sintesis lagi. Proses gerak yang dinamis
ini sampai akhirnya melahirkan suatu universalitas dari gejala-gejala. Itulah
Yang Absolut yang disebut Roh dalam filsafat Hegel.
Bagi Hegel, unsur pertentangan
(antitesis) tidak muncul setelah kita merefleksikannya tetapi pertentangan
tersebut sudah ada dalam perkara itu sendiri. Tiap tesis sudah memuat antitesis
di dalamnya. Antitesis terdapat di dalam tesis itu sendiri karena keduanya
merupakan ide yang berhubungan dengan hal yang lebih tinggi. Keduanya diangkat
dan ditiadakan (aufgehoben) dalam sintesis.
Kenyataan menjadi dua unsur
bertentangan namun muncul serentak. Hal ini tidak dapat diterima
oleh Verstandyang bekerja berdasakan skema-skema yang ada dalam menangani
hal-hal yang khusus. Vernunft-lah yang dapat memahami hal
ini. Vernunft melihat realitas dalam totalitasnya dan sanggup membuat
sintesis dari hal-hal yang bertentangan. Identifikasi sebagai realitas total
menjadi cara kerja Vernunft yang mengikuti prinsip dialektika.
Secara umum dapat kita lihat
bahwa dialektika Hegel memiliki tiga aspek yang perlu diperhatikan.
Pertama, sistem dialektika ini berbentuk tripleks atau triadik. Kedua,
dialektika ini bersifat ontologis sebagai sebuah konsep. Aplikasinya adalah terhadap
benda dan benduk dari ada dan tidak sebatas pada konsep. Ketiga, dialektika
Hegel memiliki tujuan akhir (telos) di dalam konsep abstrak yang disebut Hegel
sebagai Idea atau Idea Absolut dan konkretnya pada Roh Absolut atau Roh
(Spirit, Geist).
Terdapat tiga elemen esensial
akan dialektika Hegel. Pertama, berpikir itu memikirkan dalam dirinya untuk dan
oleh dirinya sendiri. Kedua, dialektika merupakan hasil berpikir terus menerus
akan kontradiksi. Ketiga, kesatuan kepastian akan kontradiksi tersublimasi di
dalam kesatuan. Itulah kodrat akan dirinya dialektika itu sendiri.
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kebudayaan disebabkan oleh bebrapa hal, yaitu:
Sebuah kebudayaan besar biasanya memiliki sub-kebudayaan yaitu sebuah kebudayaan yang memiliki sedikit perbedaan dalam hal perilaku dan kepercayaan dari kebudayaan induknya. Munculnya sub-kebudayaan disebabkan oleh bebrapa hal, yaitu:
- Perbedaan Umur
- Perbedaan Ras
- Perbedaan Kelas
- Perbedaan Agama
- Perbedaan Pekerjaan
- Perbedaan Pandangan
politik
Apabila manusia melupakan bahwa masyarakat adalah ciptaan manusia, dia akan menjadi terasing atau tealinasi Manusia dan kebudayaan, atau manusia dan masyarakat, oleh karena itu mempunyai hubungan keterkaitan yang erat satu sama lain. Pada kondisi sekarang ini kita tidak dapat lagi membedakan mana yang lebih awal muncul manusia atau kebudayaan. Analisa terhadap keberadaan keduanya hams menyertakan pembatasan masalah dan waktu agar penganalisaan dapat dilakukan dengan lebih cermat.